Kemudian konten yang biasa saja, dianggap Facebook melanggar kebijakan jika pada judul konten atau isi ada hal yang bersifat konten dewasa.
Padahal jika dibaca secara seksama menurut kami sangat wajar dan biasa saja. Seperti halnya ketika kami publish tentang Syaikh Puji menikahi bocah 7 tahun. Padahal artikelnya standar, dan tidak ada unsur kekerasan atau unsur seksual.
Facebook lebih rentan blockir daripada google, Bahkan konten yang diparafrase ulang bisa di blockir, padahal dicantumkan halaman yang dikutip.
Sedangkan banyak sekali Fanpage Facebook yang konten para penggunanya adalah hasil Copy Paste, tanpa Value atau Link. Namun justru jangkauannya cukup baik.
Bahkan banyak media online yang kontennya sama persis dengan halaman Pemerintah, seperti Pemda dan juga kepolisian. Tak hanya itu Bahkan merewrite dari bahasa inggris tanpa Link Juice atau External Backlink. Namun tidak dianggap pelanggaran.
Algoritma Facebook memang aneh, padahal facebook berusaha membangun Jurnalisme Positif dan melawan Hoax, namun berdasarkan analisis, konten hoax justru banyak bertebaran di Facebook Bahkan tidak di blockir.
Namun Facebook sebagai Platform media sosial, apalagi yang memiliki website, kami tidak menyangkal bahwa Facebook juga dapat menjadi sumber trafik.
Dari kesimpulan di atas dan karena seringnya diblokir, kita sebagai pengguna hanya bisa melihat dari perspektif dari pengalaman kami, bahwa media sosial dimiliki oleh sebuah perusahaan dan berhak melakukan tindakan apa saja kepada para penggunanya.
Sedang kita sebagai pengguna, dan memiliki website yang mengandalkan Mesin Pencari seperti Google dan Media Sosial Facebook, maka alangkah baiknya share konten yang tidak mengandung unsur pelecehan, kecelakaan, bunuh diri, sara. Baik konten maupun gambarnya. Jangan salah, gambar meskipun tidak menggunakan gambar seksual melainkan meme, juga bisa terkena peringatan. Terakhir, jika konten copy paste jangan lupa cantumkan sumbernya.
Tampilkan Semua